Saturday, December 12, 2009

MENULIS

Banyak orang yang tidak pandai menulis meski mempunyai segudang ide. Banyak pengarang besar bermula dari hanya mengungkapkan ide-ide kecil dalam bentuk tulisan, lalu menjadi terbiasa sehingga akhirnya dapat mengembangkan ide-ide nya menjadi sebuah tulisan yang panjang penuh makna.

Bagi sebahagian orang termasuk diriku, menulis kadang bisa lancar bisa tersendat. Tergantung ide yang ada. Jika gagasan yang muncul sederhana, tak rumit, maka mengembangkannya menjadi tulisan bisa dilakukan dengan mulus. Pemilihan kata-kata pun bisa gampang saja. Tapi jika gagasannya rumit, maka diperlukan banyak lieratur pendukung sehingga takkan cepat diselesaikan.

Tetapi selalu saja dianjurkan, jika kita ingin menulis maka mulailah dengan menulis tentang hal-hal yang sangat kita pahami. Sesuatu yang kita pahami akan sangat mudah bila diceritakan dalam bentuk tulisan. Sebaliknya jika gagasan yang muncul tidak kita pahami, atau bersifat teknis, sebaiknya kita melakukan riset tentang gagasan di maksud agar dalam pengungkapannya dalam bentuk tulisan tidak menjadi salah. Riset dapat dilakukan dengan bertanya pada yang lebih mengetahui. Melakukan riset literature seperti mencari di berbagai media, internet, dll yang berkaitan dengan gagasan tsb. Semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin banyak yang bisa dituliskan tentang gagasan tsb.

Sebenarnya menulis sangat gampang dilakukan jika awalnya merupakan kesenangan. Jadi jika ingin menulis sesuatu maka lakukan lah dengan senang hati. Atau jadikanlah menulis sebagai sesuatu kebiasaan yang menyenangkan, lebih tepatnya suatu kebutuhan dalam susah dan senang. Artinya di kala susah kita ungkapkan dalam tulisan, saat senang pun bisa diceritakan dalam kalimat - kalimat.


Intinya, menulis bisa menjadi pencurahan energi pikiran yang pada akhirnya akan melegakan jiwa sang penulis pada saat gagasannya, apapun itu, menjadi berbentuk kata demi kata, kalimat demi kalimat yang bermakna baginya, terlebih bagi pembacanya

Monday, August 4, 2008

WANITA KARIR (2-end)

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seorang Marketing Manager PT.Skypak / TNT. Sebut saja namanya Suzie. Dia seorang wanita yang menarik. Saat itu adalah kali pertama saya bertemu dan berkenalan dengan Suzie. Tapi karena pembawaannya periang dan sikapnya membuka diri maka saya cepat akrab dengannya sehingga waktu pertemuan yang sekitar 30 menit sudah banyak menerangkan informasi tentang dirinya.

Suzie seorang perempuan muda keturunan Tionghoa kelahiran kota Medan yang masih lajang. Dia baru bekerja di perusahaan yang sekarang sekitar 3 bulan. Namun sebelumnya dia sudah malang melintang di berbagai perusahaan di Medan juga di Jakarta. Katanya dia sangat sering berpindah kerja. Mungkin karena sikapnya yang periang dan cepat beradaptasi maka tidak sulit baginya untuk mendapat pekerjaan. Kukatakan padanya jangan terlalu sering bertukar tempat kerja, nanti tidak sempat cari jodoh. Dia cuma tertawa. Katanya dia suka tantangan maka jangan heran jika dirasakannya tantangan sudah berkurang maka dia akan mencari perusahaan lain yang bisa memberinya tantangan lebih.

Ketika kutanyakan apa target pekerjaannya saat ini. Aku rada kaget juga ketika dia menjawab bahwa dia menargetkan untuk posisi Direktur di perusahaannya yang sekarang. Wuihhh... hebat. Jarang aku berjumpa perempuan muda yang bercita-cita dan bersemangat seperti Suzie ini.

*****
Di lain waktu aku pernah diceritakan oleh seorang sahabat, bahwa ada kenalannya seorang wanita karir yang berhenti bekerja setelah melakukan negosiasi alot dengan suaminya. Ternyata akhirnya dia menemukan kehidupan yang sebenarnya bahwa tidak menjadi wanita karir merupakan karunia yang paling nikmat baginya. Bangun pagi dia tidak pernah lagi memikirkan target yang harus direalisasikan atau segudang laporan yang harus diselesaikan. Setiap hari kini terasa nyaman, menyiapkan urusan anak-anak dan suami tanpa dikejar-kejar deadline. Jika harinya membosankan dia bisa pergi menonton film, mengunjungi keluarga atau teman, atau menikmati layanan di saloon atau spa. Memang secara materi dan ekonomi dia tidak kekurangan karena suami tetap men-support-nya sebanyak penghasilan yang pernah dia peroleh ketika bekerja. Terlebih lagi kini dia semakin pandai bersyukur atas apa yang didapatnya.

Yang mana yang akan dipilih? Terserah anda.

WANITA KARIR (1)


Menjadi wanita karir bagi seorang wanita yang sudah berumah-tangga bukanlah perkara gampang. Harus pandai-pandai membagi waktu dan perhatian jika tidak mau keadaan menjadi timpang sebelah. Tetapi dalam kenyataannya memang sangat sulit membagi waktu dan perhatian antara pekerjaan dan urusan keluarga. Diperlukan jiwa besar dan kebijaksanaan lebih. Tapi bukan berarti tidak ada wanita yang bisa berhasil mengelola kedua hal tersebut. Banyak tentu perempuan yang bisa berkarir dengan sukses juga sekaligus bisa mengurus rumah tangga dengan baik.

Ukuran kesuksesannya tentu saja tidak sama untuk semua orang. Barangkali sukses dalam bekerja dapat ditandai bahwa di dalam melakukan pekerjaan dia merasa nyaman dan juga mendapat posisi yang baik dan sudah tentu dengan penghasilan yang baik pula. Dalam urusan rumah tangga yang berhasil dapat dilihat bahwa keluarganya (suami dan anak-anak) tidak berkeberatan jika dia bekerja, urusan rumah tangga dapat selesai walau harus meminta bantuan pihak ketiga misal pembantu atau saudara, anak-anak hidup sehat, pendidikan terjamin, suami juga terurus lahir dan bathin, dan yang terpenting komunikasi dengan keluarga inti berjalan dengan kualitas yang baik. Meski minimal 8 jam sehari meninggalkan rumah, jika perhatian dan komunikasi yang intens setiap harinya antar keluarga inti (ayah, ibu dan anak-anak) dapat dipertahankan kualitasnya, maka keluarga akan baik-baik saja selama wanita bekerja di luar rumah.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan banyak wanita kini berkarir. Pertama, alasan ekonomi. Kedua, tentu saja aktualisasi diri. Sepanjang tujuan tersebut murni untuk kepentingan keluarga dan pengembangan diri maka mungkin berkarir tidak menjadi masalah.

Namun sebelum memutuskan berkarir barangkali wanita perlu mempertimbangkan buruk baik jika dia bekerja. Jika kebaikan dan manfaatnya lebih banyak silahkan meneruskan berkarir, namun jika mudharat / keburukannya lebih menonjol, maka lebih baik urungkan niat untuk berkarir.

Semua keputusan akhirnya memang ada di tangan wanita, tetapi pertimbangan keluarga inti juga jangan diabaikan.